Beberapa Kesalahan Para Pendidik Terhadap Pendidikan Anak
Berikut
ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para pendidik. Semoga Allah
memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat menjauhinya dan
menunjukkan kita kepada kebenaran.
• Ucapan pendidik tidak sesuai dengan
perbuatan.
Ini
merupakan kesalahan terpenting karena anak belajar dari orangtua beberapa hal.
tetapi ternyata bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini
berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Allah Azza Wa Jalla
mencela perbuatan ini dengan firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan"
(Surah Ash Shaff:2-3).
Bagaimana
anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta?
Bagaimana anak akan belajar sifat amanah sementara ia melihat bapaknya menipu ?
Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitamya suka mengejek,
berkata jelek dan berakhlak buruk?
• Kedua orangtua tidak sepakat atas cara
tertentu dalam pendidikan anak.
Kadangkala
seorang anak melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orangtua. tetapi
akibatnya sang ibu memuji dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan
mengancam. Anak akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di
antara keduanya. Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum mampu
membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hal itu akan mengakibatkan
anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya. Sementara, kalau
kedua orangtua mempunyai cara yang sama dan tidak memujukkan perbedaan ini,
niscaya tidak terjadi kerancuan tersebut.
• Membiarkan anak jadi korban televisi.
Media
massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak
dan media paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak
mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun
orang dawasa, terhadap orang-orang berpengetahuan maupun yang terbatas
pengetahuannya Plomery, seorang peneliti mengatakan: "Anak pada umumnya,
dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima.tanpa mempertanyakan segala
informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat
mengingat materinya dengan cara yang lebih baik ... maka akal pikiran mereka
menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu.
Banyak
pendidik yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton
televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah mereka,
sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak punpenuh dengan
pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang ditayangkan.
Banyak film kartun yang berisi kisah cinta dan roman ... sampai diantara anjing
atau binatang lainnya. Tidakkah Anda melihat bagaimana seekor kucing betina
dalam acara itu - ditampilkan sangat anggun ... berdandan dengan bulu mata
panjang dan mata yang bercelak indah ... serta buah dada yang montok ...
berlenggak lenggok untuk menggaet hati sang kucing jantan." Penampilan
perang tanding untuk wanita, juga mabuk-mabukan merokok, mencuri, melakukan
tipu muslihat, berdusta dan sifat-sifat lainnya yang tidak sopan... Tayangan
ini semua menyerbu dunia anak dan menodai fithrah yang suci dengan dalih acara
anak-anak".
Oleh
karena itu anak-anak kita harus dilindungi dari perangkat yang merusak ini. Hal
ini, tak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil,
jika kita ingin menjaga akhlak putera-puteri kita dan mempersiapkan mereka
untuk mengemban misi agama dan umat. Semoga Allah melimpahkan ma'unah-Nya
kepada kita.
• Menyerahkan tanggung jawab pendidikan
anak kepada pembantu atau pengasuh.
Kesalahan
yang amat serius danbanyak tejadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan
ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang
tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir
di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau
hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak.
Padahal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak dan nilai-nilai yang
diserapnya Sebab, "Anak kecil adalah orang pertama yang dirugikan dengan
keluamya ibu dari rumah untuk berkarir. Ia akan kehilangan kasih sayang, sebab
sang ibu membiarkannya dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau
membawanya ke tempat pengasuhan. Dan bagaimanapun, anak akan kehilangan kasih
sayang ibu. Ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya,
karena anak berkembang tanpa kasih sayang. jika anak miskin kasih sayang, ia
pun akan bertindak keras terhadap para anggota masyarakatnya, akibatnya
masyarakat hidup dalam kehancuran, keretakan dan kekerasan. Teryata, orang lain
tidak menaruh perhatian untuk membina anak dan mendidiknya berakhlak mulia
sebagaimana yang dilakukan keluarganya. Hal ini mendatangkan mala petaka bagi
anak dan masyarakat."
Terkadang
pembantunya adalah orang kafir, akibatnya si anak pun terpengaruh dengan akidah
yang menyimpang atau akhlak yang rusak yang didapatkan darinya. Maka, jika kita
terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu muslimah yang baik
dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar saja dalam keadaan terpaksa.
• Pendidik menampakkan kelemahannya dalam
mendidik anak.
Ini
banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita
dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak
sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak mendengarkan
ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan membandel
karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara itu.
• Berlebihan dalam memberi hukuman dan
balasan.
Hukuman
: Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu sarana
pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik. Namun ada
yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini, sehingga membuat sarana
itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya. Seperti kits mendengar ada orangtua
yang menahan anaknya beberapa jam dikamar yang gelap jika melakukan kesalahan;
ada juga yang mengikat anaknya jika berbuat sesuatu hal yang mengganggunya.
Hukuman
bertingkat-tingkat, mulai dari pandangan yang mempunyai arti hingga hukuman
berupa pukulan. Pendidik mungkin perlu menggunakan hukuman yang lebih dari pada
sekedar pandangan yang memojokkan atau kata-kata celaan bahkan mungkin terpaksa
menggunakan hukuman berupa pukulan; namun ini merupakan penyelesaian akhir,
tidak diperlukan kecuali jika tidak ada cara lain.
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan
hukuman berupa pukulan antara lain :
o
Tidak dipergunakan hukuman ini kecuali jika tidak ada cara lain lagi.
o
Pendidik tidak baleh memukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena
dikhawatirkan akan membahayakan anak.
o
Tidak memukul pada bagian-bagian yang menyakitkan, seperti: wajah, kepala dan
dada.
o
Pukulan pada tahap-tahap pertama hukuman tidak keras dan tidak menyakitkan
serta tidak boleh lebih dari tiga kali pukulan, kecuali bila terpaksa dan tidak
melebihi sepuluh kali pukulan.
o
Tidak boleh dipukul anak yang berumur di bawah sepuluh tahun.
o Jika
kesalahan anak baru pertama kali ia diberi kesempatan bertobat dan minta maaf
atas perbuatannya. Juga dibuat supaya ada penengah yang kelihatannya
mengusahakan pemaafan baginya setelah berjanji tidak mengulangi.
o
Hendaklah pendidik sendiri yangmemukul anak, tidak menyerahkannya kepada salah
satu saudara atau temannya karena ini dapat menimbulkan kebarian dan
kedengkiannya terhadap anak lain yang ikut menghukumnya.
o Jika
anak menginjak usia dewasa dan pendidik berpendapat bahwa sepuluh kali pukulan
tidak cukupmembuat jera anak, maka pendidik boleh menambahnya.
• Berusaha mengekang anak secara
berlebihan.
Yaitu
tidak diberi kesempatan bermain bercanda dan bergerak ini bertentangan dengan
tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi
pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di tempat yang bebas dan luas
termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan jasmani anak dan menjaga
kesehatannya”.
Maka
orangtua seyogianya tidak mencegah anak-anak yang sedang asyik bermain pasir
ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir. Karena itu merupakan
waktu bersenang-senang dan bermain, bukan waktu berdisiplin. Tidak ada waktu
kebebasan bergerak bagi anak-anak kecuali dalam kesempatan wisata yang bebas
seperti ini. Maka sekali-kali mereka harus dibiarkan.
• Mendidik anak tidak percaya diri dan
merendahkan pribadinya.
Sayang
ini banyak tejadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek
terhadap masa depan anak dan pandangannya pada kehidupan. Karena anak yang
terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh menjadi penakut
lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan setelah
dawasa.
Karena
itu, seyogianya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk dapat mekksanakan
tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan mendidik
mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak sombong dan takabur;
serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan kepada hal-hal yang bernilai
tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.
Sebagai
contoh :
Pada
masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi kekeringan di daerah Badui
maka berdatanganlah penduduk berbagai suku kepada Hisyam dan berkunjung
kepadanya. Di antara mereka terdapat Dirwas bin Habib, usianya baru 14 tahun.
Mereka pun bertahan diri dan membuat Hisyam takut. Berkatalah Hisyam kepada
penjaganya :
"Siapapun
dibiarkan menghadap kepadaku, bahkan hingga anak-anak?". Dirwas menyadari
bahwa dirinya yang dimaksud, maka iaberkata:"Ya Amirul Mu'minin! Sungguh
kunjunganku tidak bemtaksud merendahkan baginda sedikitpun tapi untuk
memberikan kehormatan bagiku. Dan orang-orang ini datang untuk suatu keperluan
yang membuat mereka bertahan karenanya. Ucapan adalah pengungkapan dan diam
adalah penyembunyian. Ucapan tidak dapat dikenal kecuali dengan diungkapkan•"
Merasa kagum dengan ucapannya lalu berkatalah Hisyam :
"Bagus,
ungkapkanlah!" Kata Dirwas : "Ya Amirul Mu'minin! Kami telah ditimpa
tiga kali paceklik: pertama, mencairkan lemak; kedua, memakan daging: dan
ketiga, mengeluarkan sumsum tulang. Sedang di tangan baginda ada kelebihan
harta kekayaan. Jika itu milik Allah bagikanlah kepada hamba-hamba Allah yang
berhak. Tetapi jika milik hamba-hamba Allah, maka kenapa baginda tahan? Dan
jika hak milik baginda maka sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya
Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak melalaikan
balasan orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, Amirul Mu'minin!
Kedudukan
pemimpin dari rakyat ibarat ruh pada jasad, tidak ada kehidupan bagi jasad
kecuali dengannya." Kata Hisyam : "Anak ini tidak memberi sedikitpun
alasan dalam salah satu dari ketiga hal tersebut." Kemudian ia perintahkan
untuk membagikan kepada orang-orang Badui 100.000 dirham dan kepada Dirwas
100.000 dirham. Maka Dirwas berkata : "Ya AmirulMu'minin! Berikanlah
sejumlah uang ini kembali kepada orang-orang Baduiku, karena aku tak mau jikap
pemberian yang telah diperintahkan Amirul Mu'minin tadi tidak dapat memenuhi
hajat mereka."
Hisyam
bertanya : "Mengapa kamu tidak menyebutkan hajat pribadimu?"
Jawabnya: "Aku tidak punya hajat selain hajat semua kaum Muslimin."
Perhatikan rasa percaya anak muda ini pada dirinya dan keberaniannya dalam
kebenaran.
Post a Comment for "Beberapa Kesalahan Para Pendidik Terhadap Pendidikan Anak"